Rabu, 09 Maret 2011

SEKS PRA NIKAH MASA REMAJA

BAB I
PERSOALAN SEKS

Membahas masalah seksualitas manusia ternyata tidak sederhana yang dibayangkan, atau tidak seperti yang dipahami masyarakat kebanyakan. Pembahasan seksualitas telah dikebiri pada masalah nafsu dan keturunan. Seolah hanya ada dua kategori dari seksualitas manusia, yaitu :
Ø Seksualitas yang bermoral, sebagai seksualitas yang sehat dan baik
Ø Seksulitas yang immoral, sebagai seksualitas yang sakit dan jahat.
Karenanya, perbincangan masalah seksualitas seolah hanya hak ilmu biologi, psikologi, etika, dan agama.
Sesungguhnya, seksualitas merupakan pokok pembahasan yang menyentuh begitu banyak aspek kehidupan manusia, hingga “hampir tidak mungkin untuk menyediakan sebuah pemahaman lengkap mengenai seksualitas”. Diakui oleh banyak pemerhati dan orang – orang yang berkecimpung dibidang penelitian seksualitas manusia, bahwa banyak jalinan akademik selama ini tidak menyentuh seluruh aspek seksualitas manusia. “semakin menjadi ahli kita dalam berbincang tentang seksualitas, semakin besar rasanya kesulitan yang kita hadapi dalam usaha memahaminya.
Secara umum, seksualitas manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
ü Biologis ( kenikmatan fisik dan keturunan )
ü Social ( hubungan – hubungan seksual, berbagai aturan social serta berbagai bentuk social melalui mana seks biologis diwujudkan )
ü Subjektif ( kesadaran individual dan bersama sebagai objek dan hasrat seksual )
Keberadaan seksualitas merupakan sekumpulan hubungan – hubungan social yang diistilahkan oleh Foucalt sebagai “apparatus seksualitas”, meliputi
® Perdebatan seks biologis
® Tekhnik – tekhnik penataan dan pengendalian praktik – praktik seksualitas, yakni aturan – aturan, organisasi, dan kategorisasi
® Kaitan antara perdebatan dan praktik ( obat – obatan, hukum, agama, pedagogig ) sebagai mekanisme pengetahuan dan kekuasaan.
Terlepas dari kebingungan para peneliti seksualitas, seks sebagai fenomena kehidupan manusia dan kehidupan dibumi ini terus berjalan, seolah tidak ambil peduli. Keuntungan dari memperhatikan seksualitas sebagai fenomena kehidupan adalah “segalanya bisa saja terjadi”, dan sesuatu yang tidak diperhitungkan bisa saja muncul sebagai pemegang kendali. Seksualitas sebagai fenomena kehidupan dapat terlihat kabur, bisa juga jelas, sederhana, atau kompleks. Bergantung siapa yang mengalami dan merasakan.
Dengan mendasari seksualitas sebagai fenomena yang merambah luas, maka satu – satunya jalan untuk memahaminya adalah dengan mengajarkan semua segi yang memungkinkan guna mencapai satu tujuan : “fenomena tersebut menjadi bermakna dan dimengerti bagi satu orang, dua orang, atau sekumpulan orang, dan terbukti bermanfaat untuk perbaikan seksualitas masing – masing”.
Dalam rubrik seksologi sebuah majalah wanita, ada seorang wanita muda mengisahkan persoalan seksualnya sebagai berikut :
Dengan hormat,
Saya gadis berusia 21 tahun, masih sekolah di sekolah perhotelan. Waktu SMA kelas III, saya pernah punya pacar, dan kami pernah melakukan seks cukup sering. Tetapi selama itu saya tidak pernah merasakan apa yang disebut nikmat seperti yang dikatakan beberapa teman. Pacar saya sampai mengatakan mungkin saya mengalami kelainan, karena tidak seperti pacarnya yang dulu.
Akhirnya saya minta putus, karena menganggap tidak ada gunanya melakukan hubungan seksual terus tetapi tidak pernah merasa puas. Waktu tu saya mengira, mungkin kelamin pacar saya itu kecil, sehingga saya tidak pernah merasa puas.
Setelah itu saya pacaran lagi. Dengan pacar ini, saya juga pernah berhubungan seks. Tetapi saya tidak pernah merasakan kenikmatan, walaupun kelaminnya lebih besar dari pacar yang dulu. Saya penasaran, mengapa bisa begini ? akhirnya sejak enam bulan yang lalu saya tidak pacaran lagi. Saya ingin konsentrasi pada sekolah saya.
Beberapa kali saya nonton BF ( blue film ) dengan beberapa teman, laki – laki dan perempuan. Waktu nonton itu saya merasa biasa saja. Tetapi kalau saya sedang sendiri dan terbayang adegan di BF itu, saya jadi terangsang dan ingin melakukan seperti dulu lagi. Tetapi kalau saya ingat tidak bisa merasa puas, saya kecewa lagi. Kalau terangsang begitu, kadang – kadang saya merasa pusing.
Kalau saya tidak nonton BF, saya biasa saja, walaupun tidak punya pacar. Sedangkan menurut teman perempuan saya, katanya seks merupakan suatu kebutuhan, sehingga dia terus melakukan dengan pacarnya yang tinggal sekamar.
LPR, Denpasar

Contoh tersebut memperlihatkan sexual behavior ( tingkah laku seks ). Bagi gadis LPR, seks bukan lagi tabu, malah sudah menjadi lazim seperti kebiasaan makan dan minum. Dari kutipan diatas menggambarkan tipe seksualitas “bebas sebebas – bebasnya”.
Alexander Dumas dan Alfred Naquet berpendapat : “bahwa kebebasan dan kepuasan badani merupakan hak seseorang sejak lahir. Pembatasan dan pengekangan terhadap hak ini dalam batasan social dan moral merupakan tindakan keji dan brutal terhadap masyarakat. Mereka menyuruh agar muda – mudi bebas berbuat sekehendak hati dan berharap dapat mendidik masyarakat menghargai dan mengakui berbagai hak dan moral terpuji”.


BAB II
MENEROPONG AKTIFITAS SEKS PRA – NIKAH

“Dulu adegan perkosaan, wanitanya masih pake baju. Sekarang, wah …..,” ujar Ayu Yohana, bintang dalam Susuk Nyai Roro Kidul. Janda yang tinggi 160 cm dan berat 48 kg ini mengaku tak sungkan melepaskan penutup dadanya, asal “sutradaranya yang minta”. Bahkan mojang Priangan yang mogok SMA-nya ini siap melakukan adegan bugil bila saja aktris lain begitu juga, dan memang sutradaranya yang mengharuskannya begitu. Tekad ayu terjun dalam film memang besar. Ia bersedia melakukan adegan buka – bukaan sekedar untuk merintis jalan kedunia film. “waktu itu ada yang bilang yang bisa jadi bintang film hanyalah orang – orang kaya”. Ceritanya. Tak tahunya,peran itulah yang kemudian selalu diterimanya, dan makin lama perannya makin panas saja.
Gambaran kehidupan seks diatas bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dianggap tidak lumrah. Apalagi bagi kalangan masih kental nilai – nilai keagamaannya, hal itu diluar kerangka berfikir mereka. Tetapi memang selalu ada orang yang keluar dari garis yang disepakati secara tidak tertulis dalam kehidupan bermasyarakat. Pro – kontra terhadap nilai – nilai yang diterapkan di masyarakat tentunya ikut berperan dalam membentuk karakter seseorang. Seperti yang dikatakan Dr. Rono Sulistyo, bahwa “antara sexual attitudes dengan sexual behavior masih didapatkan ketidaksesuaian yang membingungkan” misalkan 75 % mahasiswa menyatakan mereka menyangka bahwa kawan – kawannya mengadakan hubungan sex yang bebas ( attitudes ). Sedangkan hasil survey dan riset mendapatkan hanya 20 % dari mahasiswa yang premarital intercourse ( behavior ).
Menurut B.F. Skinner, yang disebut – sebut sebagai Bapak Psikologi Perilaku, mengatakan bahwa faktor – faktor dari dalam atau perasaan tidaklah penting, tetapi pengaruh dari luarlah yang paling penting dalam membentuk perilaku manusia. Tambahnya, kebebasan dan kemauan bebas hanyalah khayalan belaka; bahwa manusia sebenarnya dikontrol oleh hadiah dan hukuman.
Konsepsi hadiah dan hukuman untuk menilai perilaku manusia tidaklah tepat. Manusia terkadang berbuat sesuatu yang cenderung menyakiti dirinya atau mengutamakan orang lain dan mengenyampingkan egoisme diri dalam memenuhi kepuasan.
Menurut Sigmund Freud memandang kepribadian manusia ditentukan oleh tiga aspek, yaitu
das Es ( the Id ), yaitu aspek biologis dimana instink masuk didalamnya, yang hanya dapat memandang dunia ini dari segi subjektifitas
das Ich ( the Ego ), yaitu aspek psikologis yang merupakan jembatan Id menuju dunia realita
das Ueber Ich ( the Super Ego ), yaitu aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai – nilai tradisional
freud menjadikan dorongan seks sebagai motor utama kegiatan manusia, dengan istilah libido.
Bagaimana aktivitas seks seseorang ? seseorang psikolog Kartini Kartono, mengatakan :
“seks merupakan energi psikis, yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak cuma bertingkah laku dibidang seks saja, yaitu melakukan hubungan seksual atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan – kegiatan non – libido seksual.”.
Tingkah laku seksual yang diperlihatkan oleh kutipan diatas merupakan hasil akumulasi dari pola pikir seseorang yang merupakan perwujudan intelektualitas diri, kepribadian, keberagaman, dan pengaruh lingkungan social. Dengan demikian, sexual behavior seseorang ditentukan oleh sexual attitudes yang terbentuk dari sisi kepribadian baik atau buruk orang tersebut, yang dipengaruhi oleh derajat keberagaman dan lingkungan social berupa lingkungan pendidikan, keluarga, dan pergaulan.
Dengan demikian, komponen – komponen pembentukan tingkah laku itulah yang semestinya dijadikan latar belakang kajian perilaku seks masyarakat atau upaya mencari alternative pemecahan persoalan tingkah laku seks anggota masyarakat yang cenderung destruktif.


2.1 Pelecehan Seksual ( sexual harassement ) : Tinjauan Ulang Pembauran Pergaulan Pria dan Wanita

jika kita ingin melihat bagaimana kelompok masyarakat melakukan kegiatan seksualnya diluar pernikahan, indikasi pertama yang dapat dilihat adalah model pergaulan antar jenis kelamin ( gender ) yang diterapkan dimasyarakat tersebut.
Masyarakat barat yang telah mempraktikkan pembauran jenis kelamin disegala bidang dan lapisan masyarakat memiliki kegiatan seksual pra – nikah yang amat bebas.
Pada masyarakat timur dimana kepercayaan dan adat istiadat masih mendapat tempat yang lebih, pola pembauran jenis kelaminnya lebih ketat dibanding Barat, maka kegiatan seksualnya tidak sebebas masyarakat Barat.
Misalnya masyarakat muslim di Iran yang memberlakukan pemisahan pergaulan jenis kelamin dengan tegas dan jelas, mereka memperlihatkan aktivitas seksual yang berbeda dengan masyarakat Barat.
Untuk masyarakat Indonesia, berkembangnya pembauran jenis kelamin tidaklah serentak. Dasar budaya dan kemajuan industri didaerah tersebut dapat dijadikan indicator seberapa jauh pembauran jenis kelamin berlangsung.
Salah satu persoalan social yang bersinggung langsung dengan pola pencampuran pria dan wanita adalah maraknya kasus – kasus pelecehan seksual ( sexual harassement ). Sebagai contoh seperti yang dikatakan Dr. Sukiat pada Majalah Tiara, “Hampir semua eksekutif melihat dan melakukan pelecehan seksual di kalangannya”. Itu baru dikalangan eksekutif, belum dunia pendidikan, pemerintahan, dan lain – lain. Dalam Encyclopedia of Feminism disebutkan bahwa pelecehan seksual berbentuk komentar verbal, gerakan isyarat hingga kontak fisik yang dilakukan dengan sengaja dan berulang – ulang yang tidak bisa diterima oleh penderita.
Ragam tindakan pelecehan ini dapat berupa siulan nakal, gurauan atau olok – olokan seks, pernyataan mengenai tubuh atau penampilan fisik, nyolek atau mencubit, memandang tubuh dari atas hingga ke bawah, meremas tangan meletakkan tangan diatas paha, mencuri cium, memperlihatkan gambar porno, mencoba memperkosa, dan banyak ragam tindakan lainnya.
Tidak jarang pelecehan seks muncul didalam kehidupan keluarga. Peristiwa paman bersenggama dengan keponakannya, kakek “memakan” cucu atau anak menggagahi babunya, hingga menimbulkan trauma dan persoalan yang berbelit banyak muncul dalam masyarakat kita.


BAB III
GELOMBANG KEJAHATAN SEKS DEWASA MODERN

3.1 Gelombang Kejahatan Seks
maksud kejahatan seksual adalah berbagai penyimpangan seksual yang dilakukan dewasa dalam berbagai tipe penyimpangan. Rinciannya sebagai berikut :
a) Masturbasi / Onani
Kebiasaan onani pada dewasa adalah fenomena yang layak dicermati. Umumnya para dewasa sadar, bahwa perbuatan tersebut tidak baik. Namun mereka pun merasa kesulitan untuk menghentikannya. Mereka bingung, kebiasaan itu tidak mudah dihilangkan terlebih lagi belum adanya tempat penyaluran yang layak.
Terkadang dihantui rasa berdosa dan berbagai tekanan batin lainnya. Namun tak sedikit pula orang dewasa yang menganggap bahwa onani itu lebih baik daripada melakukan zina. Anggapan itu mungkin didasarkan pada keterangan dari seksolog atau konsultan seks dan para juru dakwah.
Psikolog Kensey berpendapat bahwa onani merupakan suatu bentuk rangsangan yang dilakukan dengan sengaja pada diri sendiri untuk meroleh kepuasan erotik. Rangsangan itu tidak hanya bersifat taktil ( berkaitan dengan sentuhan atau rabaan ), melainkan juga berkaitan dengan psikis. Burt menambahkan, obyek utama rangsangan pada perempuan adalah klitoris sedangkan pada pria adalah penis.
Pendapat lain menyatakan bahwa merupakan suatu tindakan darurat untuk menyalurkan hasrat biologis dengan rasa aman, artinya tidak mengandung banyak resiko. Karena itu, perilaku ini sering dilakukan para dewasa untuk mengurangi ketegangan atau menunda perkawinan karena ingin menyelesaikan studi dulu atau karena belum ada kemampuan secara materi untuk menikah.
Onani atau sering disebut juga masturbasi, berasal dari bahasa latin, masturbation yang berarti pemuasan kebutuhan seksual terhadap diri sendiri dengan menggunakan tangan ( mastur : tangan, batio : menodai ) sehingga masturbasi berarti menodai diri sendiri dengan tangan sendiri ( dholimun linnafsih ). Ada juga yang menyebutkan bahwa onani adalah manipulasi alat kelamin sehingga mendapatkan kepuasan seksual.
Menurut Dr. Kartini Kartono (1992), bahwa 9 dari 10 remaja yang melakukan onani, mendapatkan kebiasaan itu karena menirukan temannya, dan teman itu memberikan contoh, memberikan informasi – informasi dan memberikan rangsangan – rangsangan, baik dengan buku atau bentuk lainnya. Sebagai akibat pengaruh dari luar yang tidak menguntungkan ini, serta didorong oleh kematangan seksual yang kian memuncak, maka orang dewasa sering melakukan onani ditambah lagi dengan stimulasi eksternal seperti buku cabul baik berupa gambar, tulisan, atau blue film.
Para psikolog umumnya sependapat bahwa onani merupakan gejala yang lumrah atau biasa terjadi dan tidak ada pengaruh negative terhadap fisik dan psikis jika dilakukan dalam stadium rendah. Para medis atau para dokter pun nampaknya sependapat, bahwa dalam stadium rendah / normal, onani tidak akan berpengaruh pada kesehatan badan. Justru yang menjadi masalah adalah gejala psikologi seperti rasa was – was, perasaan berdosa, takut, dan lain – lain. Gejala psikologis inilah yang mengubah perbuatan onani menjadi gejala fatalogis atau berubah menjadi suatu penyakit yang kompleks baik fisik maupun psikis.
Walaupun demikian, perilaku onani, apalagi dilakukan secara eksesif ( berlebihan ), berakibat buruk terhadap pertumbuhan watak seseorang. Terutama hal ini menyebabkan kebiasaan pemuasan seksual yang terlampau murah dan mudah sehingga daya tahan psikisnya menjadi semakin lemahnya daya tahan pengekangan diri.
b) Biseksual
Biseksual adalah orang yang mempunyai karakteristik psikologis dari kedua jenis kelamin. Menurut kamus psikologi Dali Gulo, biseksual adalah : mempunyai ciri kedua seks atau tertarik dalam tingkat yang sama oleh anggota kedua seks.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa kaum biseksual suatu waktu berhubungan badan dengan lawan jenis dan lain waktu berhubungan badan dengan sejenis. Atau suatu waktu berhubungan dengan laki – laki dan lain waktu berhubungan dengan wanita. Kelompok ini praktis paling berbahaya, karena mereka berpotensi besar untuk menyebarkan penyakit kelamin pada dua jenis. gaya hubungan badan dua arah ini adalah budaya murni Barat yang sering dilakukan baik oleh kalangan pelajar, mahasiswa maupun pekerja.

c) Heteroseksual
Istilah heteroseksual hampir identik dengan perzinaan, pelacuran, dan promiscuity (gonta – ganti pasangan ). Kelompok heteroseksual melakukan hubungan seksual normal yaitu terhadap lawan jenis, namun praktiknya dilakukan diluar jalur pernikahan.
Para psikolog dan seksolog ada yang membedakan antara penzina dan pelacur. Pelacur adalah mereka yang melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan uang. Sedangkan penzina adalah mereka yang melakukan hubungan seksual atas dasar suka sama suka, hanya untuk memuaskan nafsu seksualnya.
Kelompok heteroseksual jika dilakukan terhadap banyak pasangan jelas berbahaya dan rentan terhadap berbagai penyakit kelamin.
d) Homoseksual
Menurut kamus psikologi, homoseksuality adalah kecenderungan memiliki hasrat seksual atau mengadakan hubungan seksual dengan jenis kelamin yang sama ( Dali Gulo : 105 )
Menurut Ensiklopedia Indonesia (1980), homoseksual adalah istilah untuk menunjukkan gejala – gejala adanya dorongan seksual dan tingkah laku terhaap orang lain dari kelamin sejenis. Secara umum homoseksual juga dipakai untuk menunjukkan ketertarikan seseorang terhadap orang lain yang berkelamin sejenis. Homoseksual pada wanita disebut lesbian dan pada laki – laki disebut gay.
Kaum homoseksual selain kaum terkutuk juga kelompok yang paling berpotensi menyebarkan berbagai penyakit menular. AIDS sendiri asal mulanya muncul dari kaum homoseksual di Amerika Serikat. Penderita AIDS di Amerika Serikat 75 % kaum homoseksual. Mereka yang terjerembab dalam perbuatan terkutuk ini termasuk generasi paling terbelakang dari moral.


e) Free Sex
Pada dasarnya semua penyimpangan seksual yang dibahas dalam paper ini termasuk jenis free sex atau seks bebas. Namun yang yang dimaksudkan free sex di sini lebih luas dan tak terbatas. Kelompok free sex menghalalkan segala cara dalam melakukan seks dan tak terbatas pada kelompok orang. Mereka tidak berpegang pada moralitas atau nilai – nilai manusiawi . suatu waktu mereka bisa berhubungan seksual dengan orang lain ( kumpul kebo ) dan dilain waktu mereka juga biasa mengauli keluarga sendiri ( ektramarital seks ) baik adik, kakak, atau keluarga terdekat lain bahkan mungkin orang tua dan anaknya sendiri.
Di Indonesia sendiri gejala seperti ini mulai nampak. Banyak kasus kumpul kebo yang terungkap di kalangan pelajar dan mahasiswa. Juga banyak dijumpai berita Koran, keluarga yang bebas melakukan hubungan seksual sesama saudara bahkan orang tua sendiri . perbuatan seperti ini gejala dari merosotnya moral manusia modern. Orang dewasa yang berfikiran maju tentu tidak akan terjerumus kelembah nista ini.
f) Transeksualisme
Transeksualisme adalah perilaku yang menunjukkan keengganan untuk menerima jenis kelamin yang dimiliki, mereka menginginkan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena menurut perasaannya dirinya cocok menjadi laki – laki atau wanita. Fenomena seperti ini sering dialami oleh laki – laki yang segi fisik secara umum memang atau berjalan menyerupai wanita. Atau dialami oleh wanita namun ada perilaku atau sebagian anggota badannya menyerupai laki – laki.
Yang menjadi permasalahan adalah manakala mereka melakukan hubungan kelamin. Hal ini tidak ada bedanya dengan kaum homoseksual atau biseksual sekalipun format berbeda.
g) Samen Leven
Perilaku samen leven adalah perilaku hidup bersama atau berkelompok tanpa ada sedikit pun niat untuk melangsungkan pernikahan. Dasar pijakan mereka adalah kepuasan seksual, baik secara suka sama suka atau mungkin hanya sekedar memenuhi kebutuhan seksual secara seketika dengan cara yang mudah tanpa ada dasar cinta sama sekali.
Perilaku seperti ini banyak dijumpai di lingkungan kost mahasiswa, pelajar, atau sekitar tempat kost atau asrama pegawai. Perilaku seperti ini hampir mirip dengan kumpul kebo, namun bedanya samen leven biasanya terhadap teman ( perek ) dan tidak pada keluarga sendiri. Perbuatan seperti ini cermin mental keropos yang memandang hidup ini sebagai permainan yang bebas tanpa ada rambu – rambu moral.

h) Exibiosinisme
Exibiosinisme adalah perilaku yang mendapat kepuasan seksual dengan cara menampakkan alat kelaminnya pada orang dikenal atau pada yang tak dikenalnya pada sejenis atau jenis berbeda tanpa ada kelanjutan untuk melakukan hubungan seksual langsung. Mereka biasanya lebih bangga jika ternyata kelaminnya diekspos di media massa.
Perilaku seperti ini biasa dilakukan para dewasa barat. Mereka dengan senang hati dipotret telanjang untuk video atau majalah porno. Sekalipun mungkin mereka dibayar, namun tujuan utamanya bukan uang melainkan kepuasan itu sendiri. Exibiosinisme jelas menyimpang dari norma manusia normal yang biasanya merasa malu jika auratnya terbuka.
i) Voyeurisme
Voyeurisme adalah perilaku yang mendapat kepuasan seksual dengan hanya melihat aurat orang lain yang sedang terbuka atau tidak sengaja dibuka. Perilaku ini biasa dilihat langsung umpannya mengintip orang mandi atau lewat film atau gambar porno.
Sekalipun ia hanya sekedar mengintip dan tidak mengadakan hubungan seksual langsung dengan orang yang diintipnya ( dilihatnya ), namun bisa jadi ia mengadakan hubungan dengan orang lain atau pada mereka yang tidak berdaya. Namun pada dasarnya voyeurisme adalah perilaku yang hanya terbatas pada kepuasan melihat aurat orang lain.
j) Fethisisme
Fethisisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual hanya memegang, memiliki, atau melihat benda – benda atau pakaian yang sering dipakai perempuan, misalnya saputangan, BH, celana dalam, dan lain – lain. Perilaku seperti ini tidak lepas dari keinginan pemuasan seksual yang sesungguhnya ( hubungan intim ), namun ada berbagai kendala tertentu yang menghalanginya seperti merasa masih terlalu muda, belum nikah atau memiliki norma sehingga takut untuk melakukan hubungan intim di luar nikah. Perilaku seperti ini tidak bermanfaat dan merusak mental.
k) Sadisme
Sadisme yang diamaksud di sini adalah sadisme dalam bidang seksual ( sadisme seks ) yaitu suatu penyimpangan yang merasa mendapatkan kepuasan dengan melukai pasangannya. Sekalipun dia tidak melakukan hubungan intim sebagaimana layaknya pelaku seks lain, namun sadisme pada dasarnya bentuk kejenuhan diri si pelaku itu sendiri yang kemungkinan sebelumnya telah terbiasa melakukan kekerasan selain hubungan seks. Ia merasa hubungan seksualnya bukan lagi kepuasan dan yang tersisa adalah sifat sadisme.
Latar belakang munculnya perilaku sadisme adalah mungkin dalam masa kanak – kanaknya dulu mendapatkan perlakuan yang bertentangan dengan nuraninya baik dari lingkungan keluarga, ,maupun masyarakat sehingga secara psikologis ia merasa tertindas dan ketertindasan ini semakin menahun ( terobsesi ) manakala ia menemukan respon yang mengarah pada pengalamannya dulu.
l) Masokisme
Masokisme perilaku sebaliknya dari sadisme. Masokisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapatkan kepuasan seksual dengan cara melukai diri sendiri atau meminta dilukai. Hal itu bisa dilakukan dengan cara memukul diri sendiri di wilayah dada, perut, tangan, dll. Bahkan mungkin bisa menjurus pada bunuh diri. Perilaku seperti ini memiliki latar belakang yang beda dengan sadisme. Kemungkinan mereka merasa bersalah tidak pernah membahagiakan pasangannya ( suami ) atau pernah merasa berbuat bersalah dalam bentuk apa saja kepada orang yang paling dicintainya. Perilaku seperti ini secara moral jelas tidak ada gunanya. Kesalahan tidak akan tertebus hanya dengan melukai diri sendiri.
m) Troilisme
Troilisme adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual jika aktivitas seksualnya disaksikan orang ketiga atau orang lain yang bersedia dibayar atau sukarela. Gejala penyimpangan seperti ini sebagai bentuk kurang percaya diri yang akut ( kronis ). Jadi ia merasa tidak puas bersenggama jika belum ada orang lain yang menilai apakah senggamanya itu benar atau tidak.
n) Sodomi
Sodomi pada awalnya istilah yang digunakan untuk menyebut mereka yang berhubungan badan dengan binatang. Namun kini ada perluasan makna, adalah perilaku menyimpang yang merasa mendapatkan kepuasan seksual dengan menyetubuhi dari dubur dan membunuh pasangannya. Perbuatan bisa dilakukan terhadap pria atau wanita, anak kecil atau dewasa dan biasanya terhadap orang yang memang bisa dikuasainya dari segi psikologis. Sebelum melakukannya, mereka biasanya merayu korban terlebih dahulu dengan berbagai iming – iming, misalnya dapat uang, atau mendapat kesaktian tertentu. Cara membunuh pasangannya, pelaku sodomi teramat sadis, diantaranya mencekik, membedah perut, menyayat, melukai kemaluan, dan menyembelih korban.
o) Perkosaan
Perilaku menyimpang yang merasa mendapat kepuasan seksual dengan cara memaksa orang lain atau istrinya untuk melakukan hubungan seksual. Perilaku seperti ini biasanya tidak memperdulikan apakah pasangannya itu merasa kesakitan, kepuasan, menikmati, atau tidak pada saat hubungan intim. Jadi pada dasarnya, perkosaan bisa terjadi pada orang yang dikenal, saudara, atau keluarga terdekat, anak, istri, atau orang yang sama sekali tidak dikenal.
p) Aborsi
Aborsi atau pengguguran kandungan sebenarnya bukan bentuk penyimpangan seksual, melainkan proses pembatalan kehidupan dan pemusnahan janin dari rahim si wanita. Sekalipun demikian, aborsi sangat erat kaitannnya dengan free sex. Walaupun ada sebagian aborsi dikalangan pernikahan yang sah.
Aborsi pada dasarnya erat kaitannya dengan menjamurnya free sex dikalangan dewasa. Masa dewasa yang masih dalam tahap pencarian identitas, secara psikologis belum mampu menerima beban tanggungjawab. Aborsi bisa juga berarti pelarian dari tanggungjawabnya sebagai seorang ibu. Dampak negative aborsi bervariasi baik ditinjau secara psikis ( mental ) maupun fisik ( rahim si ibu itu sendiri ). Secara psikis seorang ibu akan merasa dikejar – kejar dosa baik dari hubungan free sex-nya dulu maupun ketika ia menggugurkan kandungan ( membunuh anaknya sendiri ). Secara fisik bisa berdampak kanker rahim jika darah waktu pengguguran tidak bersih sempurna. Hal ini bisa berdampak kemandulan.
q) Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual berarti penghinaan terhadap nilai seksual seseorang yang ada pada tubuhnya. Pelecehan seksual bisa dalam bentuk tindakan, ucapan, tulisan, gambar atau gerakan tubuh yang dinilai oleh seorang wanita mengganggu atau merendahkan martabat kewanitaannya, seperti mencolek bagian tertentu dari tubuhnya, meraba, mencium, mendekap, dan lain - lain. Pelecehan seksual paling sering terjadi pada teman dekat atau seseorang yang pernah dikenalnya. Sekalipun tidak melakukan hubungan seksual, namun tindakan seperti ini jelas merendahkan kehormatan seorang wanita. Pelecehan seksual juga merupakan dampak dari ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan hawa nafsu ( birahi ) terhadap lawan jenis sebagai obyek pelampiasan, tanpa melihat keberadaannya sebagai manusia yang bermoral, terlebih lagi tidak ada wanita yang mau direndahkan.
r) Pacaran
Pacaran secara bahasa berarti saling mengasihi atau saling mengenal. Dalam pengertian luas pacaran berarti upaya mengenal karakter seorang yang dicintai dengan cara mengadakan tatap muka. Makna pacaran untuk zaman sekarang ternyata bukan sekedar symbol untuk saling mengenal karakter seseorang karena pada dasarnya karakter seseorang bisa digali lebih obyektif dari orang yang dekat dengan si dia. Pacaran zaman sekarang justru lebih banyak diartikan pelampiasan dari rasa rindu terhadap yang dicintainya. Bahkan lebih tegas lagi, pacaran masa sekarang pada hakekatnya upaya pelampiasan keinginan seksual ( hubungan Intim ) yang tertunda.

3.2 Tempat – Tempat Yang Digunakan Dewasa Dalam Melakukan Free Sex
Secara umum tempat – tempat yang digunakan dewasa dalam melakukan hubungan seksual itu bervariasi bahkan mungkin seorang bisa berpindah – pindah tempat. Tempat – tempat senggama tersebut antara lain :
Ø Sekolah / kampus
Ø Rumah
Ø Taman
Ø Mobil
Ø Hotel
Ø Tempat parker
Ø Tempat kost
Ø Tak jelas ( dll )

BAB IV
BAHAYA SEKS BEBAS DAN PORNOGRAFI

4.1 Bahaya Seks Bebas
Untuk remaja Barat hubungan pra – nikah bahkan gonta – ganti pasangan atau free sex adalah hal yang biasa. Namun di Negara Timur terutama Indonesia yang masih menjunjung tinggi norma agama, hal seperti itu adalah aib dan mengganggu ketentraman hidup selanjutnya.untuk itu sebelum terlanjur ada baiknya para remaja bisa mengenal bahaya akibat hubungn pra – nikah.
Bahaya seks pra – nikah dan free sex mencangkup bahaya bagi perkembangan mental ( psikis ), fisik dan masa depan remaja itu sendiri. Secara terperinci, Wilson Nadeak sebagaimana dikutip Abdurahman Al – Mukaffi (1998) mengemukakan lima bahaya utama :
Menciptakan Kenangan Buruk
Masih dikatakan “untung” jika hubungan pranikah itu tidak ada yang mengekspos. Si gadis atau si jejaka terlepas dari aib dan cemoohan masyarakat.tapi jika ternyata diketahui masyarakat, tentu yang malu bukan saja dirinya melainkan keluarga sendiri dan peristiwa ini tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini tentu menjadi beban mental yang berat.
Yang lebih membahayakan menurut penilitian, ternyata setiap pasangan yang melakukan hubungan intim atau free sex sebelum menikah, maka akan ada sebagian keturunannya yang mungkin melakukan hal sama seperti yang pernah mereka lakukan dulu. Entah hal ini suatu kutukan atau memang telah terjadi sikap permisif atau serba boleh karena dirinya sendiri dulunya melakukan hal yang sama, maka ketika anaknya melakukan hal yang serupa, ia menganggap hal yang wajar.
Kehamilan Dan Akibatnya
Kehamilan yang terjadi akibat seks pra – nikah bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi yang dikandungnya juga menjadi beban mental yang sangat berat bagi ibunya mengingat kandungannya tidak bisa disembunyikan. Bagaimana jika nanti keluarga dan masyarakat mempertanyakan ? dalam keadaan kalut seperti ini biasanya terjadi depresi, terlebih lagi jika sang pacar kemudian pergi dan tak kembali lagi.
Bagi si bayi sendiri jika lahir nanti mungkin akan mempertanyakan, siapa ayahnya. Jika ternyata setelah besar ia mengetahui kelakuan ibunya dulu, tentu menjadi beban mental juga. Alhasil hubungan pra nikah menimbulkan mala petaka bagi diri sendiri dan keturunannya nanti.
Pengguguran Kandungan Dan Pembunuhan Bayi
Banyak kasus bayi mungil yang baru lahir dibunuh ibunya. Sebagian dari bayi itu dibungkus plastic hidup – hidup, dibuang dikali, dilempar ditong sampah, dan lain –lain Ini suatu akibat dari perilaku binatang yang pernah dilakukannya.
Kasus pengguguran kandungan baik secara tradisional maupun modern kini semakin menjamur terutama dikalangan pelajar dan mahasiswa. Tentu saja hal ini akibat hubungan setan pranikah. Sementara pengguguran itu sendiri bagi rahim wanita banyak efek samping yang serius, bisa berakibat kanker rahim, kemandulan, dan penyakit rahim lainnya.
Penyebaran Penyakit
Si wanita atau si pria yang dulu pernah melakukan hubungan pra nikah waktu pacaran lalu putus, cenderung berkeinginan melakukan hubungan serupa dengan laki – laki atau wanita lain mengingat seks sifatnya adiktif atau memiliki kadar ketergantungan, suatu waktu ia akan “lapar” untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan lain.
Jika hal ini terus dilakukan, maka bukanlah hal mustahil akan terjangkit penyakit kelamin. Terlebih lagi jika ternyata pasangannya itu telah mengidap penyakit kelamin sebelumnya.
Keterlanjuran Dan Timbul Rasa Kurang Hormat.
Perilaku seks bebas ( free sex ) menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri seorang pria dan wanita.semakin sering hal ini dilakukan, semakin mendalam rasa ingin mengulang sekalipun sebelumnya ada rasa sesal. Terlebih lagi bagi wanita, setiap ajakan sang pacar sangat sulit untuk ditolak karena takut ditinggalkan atau diputuskan.
Sementara itu bagi seorang laki – laki, melihat pasangannya begitu mudah untuk diajak, akan terus berkurang rasa hormat dan rasa cintanya. Semakin sering laki – laki melakukan hubungan batinnya pun akan semakin renggang. Lain lagi dengan wanita, ia akan merasa tertekan dan tidak mau berpisah karena pada dasarnya ia telah kotor dan tidak ada yang mesti dibanggakan lagi, kehormatannya telah dirampas lelaki tadi.
Karena itu, apa pun alasannya, zina merupakan perbuatan terkutuk yang akibatnya bukan hanya dapat dirasakan nanti diakhirat, didunia pun pelakunya sudah mendapat siksa yang hebat.
Pantas jika ALLAH SWT. Menempatkan zina atau free sex dosa terbesar ketiga setelah menyekutukan ALLAH SWT dan dosa mendurhakai orang tua. Menjamurnya perilaku seks bebas dikalangan dewasa adalah sebuah malapetaka hebat. Bangsa ini akan ditimpa kemalangan besar berupa generasi yang terlaknat. Na ‘ udzubillah.

4.2 Bahaya Pornografi Bagi Mental dan Pola Pikir Remaja.
Masa dewasa sarat dengan berbagai gejolak psikologis. Sedikit saja tersinggung, maka emosionalnya meledak – meledak dan biasanya tak terkendali. Masa ini juga masa yang sarat fantasi atau khayalan memungkinkan digunakan dalam berbagai hal yang negative diantaranya pada penyimpangan seksual dan pornografi.
Jika kekuatan emosi dewasa bersatu dengan kekuatan seks, maka bisa terbayangakan masa depan mental dari orang dewasa itu sendiri. Tak heran jika para psikolog sendiri cenderung lebih mengkhawatirkan jika ternyata kekuatan emosi ini berpadu dengan seks.
Jika diperinci satu – persatu, bahaya pornografi ini diantaranya :
Ø Memberikan fatarmorgana negative dalam daya khayal dewasa yang berakibat mereka tersiksa dari sudut mental.
Ø Memicu tindakan pemuasan seksual dengan diri sendiri yaitu mastrubasi atau onani.
Ø Mendorong pemuasan seksual pada sosok yang tak berdaya ( pemerkosaan ) pada lawan jenis.
Ø Memicu hubungan seksual ekstramarital atau pemuasan hubungan seksual dengan anggota keluarga sendiri baik kakak terhadap adik atau sebaliknya.
Ø Mengganggu proses berfikir kreatif
Ø Mendorong rasa ingin tahu lebih jauh hal – hal yang bersifat porno.
Ø Menimbulkan sikap permisif.
BAB V
PENDIDIKAN SEKS DI KELUARGA MENURUT ISLAM

5.1 Prinsip Pendidikan Keluarga Menurut Islam
Pendidikan keluarga sebagai pendidikan pertama dan utama memiliki peran sentral dalam pembentukan anak saleh. Terutama dalam hal ini yang terhindar dari berbagai penyimpangan seksual. Berbagai keterangan baik Al Qur’an dan as – sunnah menjelaskan pentingnya pendidikan keluarga ini. Peran ayah dan ibu dalam pendidikan keluarga ini sebagai guru yang wajib membawa anaknya kejalan islami. Landasan pentingnya pendidikan ini berikut berbagai keterangan syar’i sebagai landasan atau prinsip dalam mendidik anak ( syamsudin, 1966 : 51 ).
“Hai orang – orang yang beriman ! jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu – batu”. ( QS. Al – Tahrim : 6 )
“Setiap kamu adalah pemimpin dan kelak akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Imam itu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Setiap suami adalah pemimpin dikeluarga dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya”. ( HR> Bukhari )
“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan dengan nasehat yang baik serta bantalah dengan jalan yang baik”. ( An – Nahl : 125 )

5.2 Pendidikan Seks Di Keluarga Menurut Islam
a. Memisahkan tempat tidur anak
Islam memerintahkan orang tua memisahkan tempat tidur anak – anaknya manakala mereka telah mencapai usia tujuh tahun juga memerintahkan shalat pada usia itu.
“Suruhlah anak – anakmu melakukan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun. Jika telah berusia sepuluh tahun mereka tidak mau melakukannya, maka pukullah dan pisahkan tempat tidur mereka”. ( HR. Abu Dawud )
b. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua.
Orang tua juga harus mengajarkan kepada anak – anaknya yang belum baligh agar membiasakan meminta izin ketika akan memasuki kamar orang tuanya pada saat – saat tertentu.
Aturan islam ini dalam rangka menjaga mentalitas anak dan menjaga kesucian seks. Sehingga anak terhindar dari pandangan yang tidak layak menurut usiannya. ( Nina Sutiretna, 1996 : 245 )
c. Mengajarkan adab memandang lawan jenis
Diantara masalah penting yang wajib diajarkan kepada anak – anak adalah membiasakan adab memandang sejak anak masih berada pada masa tamyiz ( dewasa ), agar anak mengetahui masalah – masalah yang dihalalkan dan diharamkan. Setelah anak mendekati masa baligh dan telah mencapai masa taklifnya, ia telah dibekali akhlag yang suci dan mulia.
“Katakanlah kepada laki – laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. yang demikian adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanklah pada wanita yang beriman bahwa hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”. ( QS. An – Nur : 30 – 31 )
d. Larangan menyebarkan rahasia suami - istri
Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus diantaranya suami – istri. Karena itu, kerahasiaannya pantas untuk dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain apalagi terhadap anggota keluarga terutama anak – anaknya. Nabi Muhammad SAW menekankan etika ini dengan ungkapan yang sangat keras. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling rendah martabatnya di hadapan Allah pada hari kiamat ialah seorang laki – laki yang menyenggamai istrinya, dan istrinya pun melakukan persenggamaan, kemudian dia menceritakan rahasia ( bersama ) istrinya ( kepada ) orang lain”. ( HR. muslim dan Abu Dawud )
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,
“Amanah yang paling besar disisi Allah ‘Azza wa Jalla pada hari kiamat ialah apabila seorang suami mendatangi istrinya dan istrinya mendatangi suaminya; lalu suaminya menyebarkan rahasia istrinya itu”. ( HR. Abu Ya’la )
Ringkasannya, suami – istri tidak diperkenankan membecirakan urusan keluarganya dengan orang lain, terutama masalah seksual yang merupakan masalah yang amat pribadi dan tidak boleh diutarakan kepada orang lain. Karena, senantiasa akan ada orang yang menikmati gosib mengenai ketidak beruntungan kita, atau menjadi sangat iri dengan keberhasilan kita.




KESIMPULAN

Prahara seksualitas menerjang hampir setiap relung kehidupan anak manusia era kontemporer. Kebutuhan yang satu ini seolah merupakan segala – galanya bagi peradaban kiwari. Setiap hal hendak diseksualisasikan. Dari model busana, iklan, hiburan, bahkan cara berfikir.
Dari waktu ke waktu, perbincangan tentang seks mencuat dengan cara yang makin terbuka, dalam berbagai bentuk, lewat berbagai media : buku, surat kabar, majalah, forum seminar, radio, dan sebagainya. Sejalan dengan gencarnya serbuan arus pemikiran Barat, gagasan, dan pola perilaku seks Barat pun menjadi semakin lumrah dikalangan dewasa awal.
Beberapa hal yang membuat kalangan dewasa awal melakukan free sex, antara lain adalah :
Ø Kurangnya komunikasi antara anak dengan orang tua, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak yang mulai beranjak dewasa. Sehingga anak cenderung memilih teman dan tempat bergaul yang dianggap cocok. Anak usia dewasa cenderung ingin mencoba hal - hal yang baru, walaupun hal itu berdampak negative dan beresiko tinggi.
Ø Kurangnya bimbingan orang tua untuk mengarahkan anak kepada kegiatan yang bersifat positif.
Ø Kurangnya pengetahuan atau pendidikan seks dari keluarga.
Ø Kurangnya disiplin untuk mematuhi dan melaksanakan norma – norma yang ada di lingkungan masyarakat.
Ø Kurangnya pendidikan agama dari keluarga
Ø Kurangnya menanamkan moral pada anak – anak
Ø Canggihnya tekhnologi sekarang yang memacu anak untuk berbuat free sex, misalnya : internet, yang salah satu situsnya menampilkan gambar – gambar porno. Vcd porno, yang menampilkan blue film yang membuat anak ingin mempraktekkan, dll.
Ternyata dalam lingkungan keluarga pendidikan seks sampai sekarang masih dianggap tabu untuk dibicarakan, khususnya antara anak dan orang tuanya.
PENUTUP

Alhamdulillah hirobbil alamin. Puji syukur hamba ucapkan, karena dengan bantuan serta bimbingan- Nya. Saya dapat menyelesaikan paper ini. Dengan selesainya paper ini bukan berarti selesai pula saya mempelajari pendidikan seks. Bagi saya pengetahuan tentang dunia seksualitas masih belum sempurna. Walaupun sedikit yang saya tahu tentang seksualitas, tapi saya berusaha menyelesaikan paper ini dengan baik.
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca lainnya. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Drs. Tufik Hadi, SH yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dalam paper ini. Karena saya masih dalam tahap belajar, semoga Prof. Dr. Drs. Taufik Hadi, SH mau memakluminya. Untuk kesempurnaan paper saya yang akan datang, saya mohon Prof. Dr. Drs. Taufik Hadi, SH mau memberikan saran dan kritik terhadap paper yang saya buat.















DAFTAR PUSTAKA

1. Abu Al – Ghifari, 2001, Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern,Mujahid Press, Bandung.
2. Achmad Fedyani Saifuddin dan Irwan Martua Hidayana, 1999, Seksualitas Remaja, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
3. Sa’abah Umar Marzuki, 1997, Seks dan Kita, Gema Insani Press, Jakarta.
4. Ridhwi Muhammad Sayyid, 1996, Perkawinan dan Seks Dalam Islam, Penerbit Lentera, Jakarta.

Tidak ada komentar: